Selasa, 28 April 2015

1 Hari Tanpa Cali

pagi ini, aku membuka mata dan dengan perasaan kosong. Kutatap langit-langit kamar yang terasa makin kosong dan dinginnya pendingin ruangan menambah bekunya suasana saat itu. Ponselku berdering dan kuperiksa semua pesan di sana, tak ada pesan darimu. Sudah 22 jam sejak kaubilang ingin mengakhiri hubungan dan belasan jam lalu aku menangisimu semalam suntuk. Dengan mengumpulkan tenaga, aku berusaha bercermin. Lihatlah wajah lusuh ini, mata sembab, rambut yang berantakan tak karuan, dan tatapan kosong yang terpantul di cermin.

Aku tidak yakin bisa melewati ini semua. Sejak kamu bilang "maaf saya keras kepala,semakin lama kamu dengan saya,mungkin kamu akan semakin tersiksa,kalau diakhir mungkin siksaan dari saya akan berakhir" rasanya aku tidak lagi punya upaya untuk menjalani hari-hariku. Memang ini terkesan bodoh, setiap orang yang sedang bersedih dan patah hati pasti merasa bahwa dirinya adalah sosok paling sedih sedunia. Dan aku merasakan itu semua. Perasaan ini membuat aku berantakan dan tak lagi punya daya untuk menata kembali hidupku. Semalam, aku menangis sejadi-jadinya, sekeras yang aku bisa. Ini benar-benar tidak adil buatku, buat sosok yang selalu mencintai dan memperhatikanmu.

Dengan enteng, sikapmu perlahan berubah,,kamu mengabaikanku. Aku mencarimu melalui orang-orang yang kutau sering bersamamu, diam-diam memperhatikanmu dari sosial media. Ah, meskipun aku tak menemukan jawaban apapun, setidaknya dengan tetap mencarimu dan menganggap bahwa hubungan kita masih dalam keadaan baik-baik saja; cukup membuat aku tenang dan lega. Selama beberapa minggu, aku tidak mendapatkan jawaban apapun. Kamu bagai asap rokok yang menggantung di udara, terlihat sesaat kemudian pergi entah ke mana. Sosokmu menjauh tanpa bisa aku memprediksi ke mana kamu pergi.

Sekarang, aku masih duduk di sini, di depan laptopku yang pendiam namun tetap menjadi pendengar yang baik. Aku tidak bisa menghitung berapa kali aku menangis seharian ini, dengan sisa air mata yang tidak tahu harus berhenti terjatuh kapan. Dalam pikiranku masih ada bayang-bayangmu dan kenangan-kenangan kita yang tercipta meskipun bagimu mungkin hubungan ini tak berarti apa-apa. Memang salahku yang terlalu menganggapmu berarti sementara kamu tak peduli setengah mati. Salahku yang mati-matian menganggap hubungan kita pantas untuk diperjuangkan, meskipun selama ini kamu tidak menunjukan keseriusan.

Entah mengapa, sampai hari ini, aku tak pernah menyesal pernah memulai semua denganmu, yang aku sesali mengapa kamu meninggalkanku dengan alasan yang menurutku tidak masuk akal. Kamu tidak akan pernah tahu sakitnya ditinggalkan ketika aku dalam keadaan sangat mencintaimu. Kamu tidak akan pernah paham betapa aku ingin mempertahankanmu meskipun aku tahu kita berbeda dalam banyak hal. Aku selalu menganggapmu yang terbaik meskipun banyak pria berusaha mendekati dan merebut hatiku darimu. Aku meninggalkan mereka, demi kamu-- karena aku percaya bahwa pria biasa sepertimu pun punya kesempatan yang sama untuk membahagiakanku.

Aku hanyut terlalu jauh, pertemuan kita benar-benar membuat aku percaya bahwa ini cinta. Aku percaya padamu, percaya pada jemari yang membawaku pergi dan menari. Kamulah yang berhasil membawaku terbang terlalu jauh, lalu menjatuhkanku ketika kamu mungkin tak lagi penasaran dengan sosokku, ketika kamu bosan dengan gadis yang mungkin tak lagi terlihat berharga di matamu. Aku tak pernah tahu apakah cinta yang terucap dari bibirmu sungguhlah cinta atau hanya sandiwara yang kamu perankan dengan sangat baik. Aku tak mengerti apakah rindu yang seringkali terucap dari matamu hanyalah drama yang kamu pentaskan dengan sangat lihai.

Aku tak tahu siapakah sosok yang sebenarnya sungguh aku cintai ini, apakah kamu adalah orang baik-baik yang memang tulus mencintaiku atau hanya orang yang senang meloncat dari satu hubungan ke hubungan lain untuk kepuasannya sendiri? Aku tak tahu siapa dirimu yang sekarang, kamu berubah jadi orang yang paling tidak aku kenal. Kamu berubah jadi sosok yang berbeda dari pertemuan awal kita.

Aku kehilangan dirimu yang dulu. Aku menangis dan berdoa, memohon pada Tuhan agar segera mengembalikan sosokmu yang dulu pernah sangat aku kenal. Aku masih menangis dan berantakan, aku kalut dan mengaku kalah :'( :'( :'(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar